Thursday, December 30, 2010

kebutuhan akan koordinasi dalam organisasi


Kebutuhan akankoordinasi
Untuk melihat kemampuan seorang manajer sebagai pemimpin ( atasan )dalam  melakukan koordinasi dilihat dari besar kecilnya jumlah bawahanyang ada dalam tanggung jawabnya, yang dikenal sebagai rentang manajemen.Koodinasi dibutuhkan sekali oleh para karyawannya,sebab tanpa koordinasi setiapkaryawan tidak mempunyai pegangan mana yang harus diikuti, sehingga akanmerugikan organisasi itu sendiri.
Dengan koordinasi diharapkan keharmonisan atau keserasian seluruhkegiatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Sehingga tiap departemen atauperusahaan atau bagian menjadi seimbang dan selaras. Koordinasi merupakan usahauntuk menciptakan keadaan yang berupa tiga S,yaitu serasi,selaras dan seimbang.Kebutuhan koordinasi tergantung pada sifat dan kebutuhan komunikasi dalampelaksanaan tugas dan derajat ketergantungan dari tiap satuan pelaksanaan.
Prinsip rentang manajemen berkaitan erat dengan jumlah bawahan yangdapat dikendalikan secara efektif oleh manajer atau atasan. Antara rentangmanajemen dan koordinasi saling berhubungan erat. Ada anggapan bahwa semakinbesar jumlah rentangan semakin sulit untuk mengkoordinasikan kegiatan bawahansecara efektif.
Terdapat 3 (tiga) macam saling ketergantungan di antarasatuan-satuan organisasi seperti diungkapkan oleh James D. Thompson (Handoko,2003:196), yaitu:
[if !supportLists]1.[endif]Saling ketergantungan yangmenyatu (pooled interdependence)
Bilasatuan-satuan organisasi tidak saling tergantung satu dengan yang lain dalammelaksanakan kegiatan harian tetapi tergantung pada pelaksanaan kerja setiapsatuan yang memuaskan untuk suatu hasil akhir.
[if !supportLists]2.[endif]Saling ketergantungan yangberurutan (sequential interdependece)
Dimana suatu satuan organisasi harus melakukan pekerjaannya terlebih dulu sebelumsatuan yang lain dapat bekerja.
[if !supportLists]3.[endif]Saling ketergantungan timbalbalik (reciprocal interdependence)

http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/copywriting/2073204-kebutuhan-akan-koordinasi/

TENTANG RENTANG MANAJEMEN

JELASKAN TENTANG RENTANG MANAJEMEN

         Rentang Manajemen (Span of Control)
Prinsip rentang manajemen berkaitan dengan jumlah bawahan yang dapat dikendalikan secara efektif oleh seorang manajer. Pengertian rentang manajemen dapat bermacam-macam ada yang mengatakan span of control, span of authority, span of attention atau span of supervition.
Berapa sebenarnya bawahan seorang manajer agar manajer dapat melaksanakan tugasnya dengan efektif dan efisien. Disini belum ada ketentuan yang pasti berapa seharusnya bawahan yang ada dalam tanggung jawabnya. Bawahan yang terlalu banyak kurang baik, demikian pula jumlah bawahan yang terlalu sedikit juga kurang baik. Ada dua alasan mengapa penentuan rentang yang baik dan tepat. Pertama rentang manejemen mempengaruhi penggunaan efisiensi dari manajer dan pelaksanaan kerja efektif dan bawahan mereka. Kedua, adanya hubungan antara rentang manajemen dengan struktur organisasi, dimana semakin sempit tentang manajemen struktur organisasi akan berbentuk “tall” sedang rentang manajemen yang melebar akan membentuk struktur organisasi “flat” yang berarti tingaktan manajemen semakin sedikit.

I. Wewenang ( Authority )
Wewenang merupakan syaraf yang berfungsi sebagai penggerak dari pada kegiatan-kegiatan. Wewenang yang bersifat informal, untuk mendapatkan kerjasama yang baik dengan bawahan. Disamping itu wewenang juga tergantung pada kemampuan ilmu pengetahuan, pengalaman dan kepemimpinan. Wewenang berfungsi untuk menjalankan kegiatan-kegiatan yang ada dalam organisasi.
Wewenang dapat diartikan sebagai hak untuk memerintah orang lain untuk melalukan atau tidak melakukan sesuatu agar tujuan dapat tercapai T. Hani Handoko membagi wewenang dalam dua sumber, yaitu teori formal ( pandangan klasik ) dan teori penerimaan. Wewenang formal merupakan wewenang pemberian atau pelimpahan dari orang lain. Wewenang ini berasal dari tingkat masyarakat yang sangat tinggi dan secara hukum diturunkan dari tingkat ke tingkat. Berdasarkan teori penerimaan ( acceptance theory of authority ) wewenang timbul hanya bila hal diterima oleh kelompok atau individu kepada siapa wewenang tersebut dijalankan dan ini tidak tergantung pada penerima ( reciver ).
Chester Bamard mengatakan bahwa seseorang bersedia menerima komunikasi yang bersifat kewenangan bila memenuhi :
1. Memahami kominikasi tersebut
2. Tidak menyimpang dari tujuan organisasi
3. tidak bertentangan dengan kepentingan pribadi
4. mampu secara mental dan phisik untuk mengikutinya.
Agar wewenang yang dimiliki oleh seseorang dapat di taati oleh bawahan maka diperlukan adannya.
1. Kekuasaan ( power ) yaitu kemampuan untuk melakukan hak tersebut, dengan cara mempengaruhi individu, kelompok, keputusan. Menurut jenisnya kekuasaan dibagi menjadi dua yaitu :
a. Kekuasaan posisi ( position power ) yang didapat dari wewenang formal, besarnya ini tergantung pada besarnya pendelegasian orang yang menduduki posisi tersebut.
b. Kekuasaan pribadi ( personal power ) berasal dari para pengikut dan didasarkan pada seberapa besar para pengikut mengagumi, respek dan merasa terikat pada pimpinan.
Menurut sumbernya wewenang dibagi menjadi :
1. Kekuasaan balas jasa ( reward power ) berupa uang, suaka, perkembangan karier dan sebagainya yang diberikan untuk melaksanakan perintah atau persyaratan lainnya.
2. Kekuasaan paksaan ( Coercive power ) berasal dari apa yang dirasakan oleh seseorang bahwa hukuman ( dipecat, ditegur, dan sebagainya ) akan diterima bila tidak melakukan perintah,
3. Kekuasaan sah ( legitimate power ) Berkembang dari nilai-nilai intern karena seseorang tersebut telah diangkat sebagai pemimpinnya.
4. Kekuasaan pengendalian informasi ( control of information power ) berasal dari pengetahuan yang tidak dipercaya orang lain, ini dilakukan dengan pemberian atau penahanan informasi yang dibutuhkan.
5. Kekuasaan panutan ( referent power ) didasarkan atas identifikasi orang dengan pimpinan dan menjadikannya sebagai panutan.
6. Kekuasaan ahli ( expert power ) yaitu keahlian atau ilmu pengetahuan seseorang dalam bidangnya.
2. Tanggung jawab dan akuntabilitas tanggung jawab ( responsibility yaitu kewajiban untuk melakukan sesuatu yang timbul bila seorang bawahan menerima wewenang dari atasannya. Akuntability yaitu permintaan pertanggung jawaban atas pemenuhan tanggung jawab yang dilimpahkan kepadanya. Yang penting untuk diperhatikan bahwa wewenang yang diberikan harus sama dengan besarnya tanggung jawab yang akan diberikan dan diberikan kebebasan dalam menentukan keputusan-keputusan yang akan diambil.
3. Pengaruh ( influence ) yaitu transaksi dimana seseorang dibujuk oleh orang lain untuk melaksanakan suatu kegiatan sesuai dengan harapan orang yang mempengaruhi. Pengaruh dapat timbul karena status jabatan, kekuasaan dan menghukum, pemilikan informasi lengkap juga penguasaan saluran komunikasi yang lebih baik.

PENGORGANISASIAN

PENGORGANISASIAN
Dalam kehidupan nyata, orang-orang bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan bersama, kegiatan yang dilakukan tersebut menandakan suatu lembaga atau kelompok fungsional atau biasa disebut dengan istilah “organisasi”. Organisasi dalam hal ini bisa terdapat pada badan usaha, instansi pemerintah, lembaga pendidikan, militer, kelompok masyarakat atau suatu perkumpulan olah raga.
Suatu organisasi perlu untuk mengalokasikan dan menugaskan kegiatan diantara para anggotanya agar tujuan dari organisasi tersebut dapat tercapai dengan efisien. Oleh karena itu, didalam bab ini akan diungkapkan mengenai bermacam-macam aspek proses pengorganisasian yang tentu saja berkenaan dengan pencapaian tujuan organisasi.
Kata Organisasi mempunyai dua pengertian umum. Pengertian pertama menandakan suatu lembaga atau kelompok fungsional, seperti organisasi perusahaan, rumah sakit, perwakilan pemerintah atau suatu perkumpulan olah raga. Pengertian kedua berkenaan dengan proses pengorganisasian, sebagai suatu cara dalam mana kegiatan organisasi dialokasikan dan ditugaskan diantara para anggotanya agar tujuan organisasinya dapat tercapai dengan efisien.
Pengorganisasian (Organizing) merupakan proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya-sumber daya yang dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya. Dua aspek utama proses penyusunan struktur organisasi adalah departementalisasi, yaitu merupakan pengelompokan kegiatan-kegiatan kerja suatu organisasi agar kegiatan-kegiatan yang sejenis yang saling berhubungan dapat dikerjakan bersama.
Hal ini akan tercermin pada struktur formal suatu organisasi, dan tampak atau ditunjukkan oleh suatu bagan organisasi. Pembagian kerja adalah pemerincian tugas pekerjaan agar setiap individu dalam organisasi bertanggung jawab untuk dan melaksanakan sekumpulan kegiatan yang terbatas. Kedua aspek ini merupakan dasar proses pengorganisasian suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif.
A. PENGERTIAN PENGORGANISASIAN
Istilah pengorganisasian mempunyai bermacam-macam pengertian. Istilah tersebut dapat digunakan untuk menujukkan hal-hal berikut ini :
1. Cara manajemen merancang struktur formal untuk penggunaan yang paling efektif sumberdaya-sumberdaya keuangan, fisik, bahan baku, dan tenaga kerja organisasi.
2. Hubungan-hubungan antara fungsi, jabatan, tugas, dan para karyawan.
3. Cara dalam mana para manejer membagi lebih lanjut tugas-tugas yang harus dilaksanakan dalam departemen mereka dan mendelegasikan wewenang yang diperlukan untuk mengerjakan tugas tersebut. Dari tiga hal diatas dapat disimpulkan bahwa Pengorganisasian merupakan suatu proses untuk merancang anggota struktur formal, mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan diantara para anggota organisasi, agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efisien dengan sumber daya yang dimiliki dan lingkungan yang melingkupinya baik intern maupun ekstern.
Dua aspek utama dalam organisasi yaitu departementasi dan pembagian kerja yang merupakan dasar proses pengorganisasian.
James D. Mooney mengatakan “Organisasi yaitu bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersana, “ sedang Chester I. Bernard memberikan pengertian organisasi yaitu suatu system aktivitas kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Organisasi merupakan proses untuk merancang struktur formal, mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas diantara para anggota untuk mencapai tujuan. Jadi organisasi dapat didefinisikan sebagai berikut :
1. Organisasi dalam arti badan : kelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Organisasi dalam arti bagan : gambaran skematis tentang hubungan kerjasama dari orang-orang yang terlibat dalam organisasi untuk mencapai tujuan bersama. Unsur-unsur dasar yang membentuk organisasi yaitu :
        1. Adanya tujuan bersama.
       2. Adanya kerjasama dua orang atau lebih.
      3. Adanya pembagian tugas.
     4. Adanya kehendak untuk bekerja sama.
B. TEORI-TEORI ORGANISASI
Teori organisasi terbagi menjadi tiga yaitu:
1) Teori Organisasi Klasik.
2) Teori Organisasi Neoklasik.
3) Teori Organisasi Modern.

1) TEORI ORGANISASI KLASIK
Teori klasik atau classical theory disebut juga sebagai teori tradisional. Teori ini berisi konsep tentang organisasi pada abad 19-an. Oragnisasi klasik sangat sentralistik dan tugas-tugas terspesialisasi, rantai perintah dan penggunaan disiplin, aturan dan supervisi sangat ketat, dan mekanistik.
Teori klasik mendifinisikan organisasi sebagai struktur hubungan, kekuasaan-kekuasaan, tujuan-tujuan, peranan-peranan, kegiatan-kegiatan, komunikasi dan faktor-faktor lain yang terjadi bila orang-orang bekerja sama. Teori klasik berkembang dalam tiga aliran:
1. Teori Birokrasi. 2. Teori Administrasi. 3. Teori Manajemen Ilmiah.
· Teori Birokrasi Organisasi itu legal, karena wewenangnya berasal dari seperangkat aturan prosedur dan peranan yang dirumuskan secara jelas, dan organisasi disebut rasional dalam hal penetapan tujuan dan perancangan organisasi untuk mencapai tujuan tersebut. Para teoritikus klasik seperti Fayol (1949), Taylor (1911), dan Weber (1948), selama bertahun-tahun telah mendukung model birokrasi guna meningkatkan efektivitas administrasi organisasi. Max Weber mengemukakan teori birokrasi ini dan dia adalah sosok yang dikenal sebagai bapak birokrasi. Teori klasik oleh Max Weber memiliki 6 karakteristik birokrasi:
1. Pembagian kerja yang jelas yaitu pembagian kerja atas dasar spesialisasi fungsi dan tugas dan masing-masing posisi ditentukan oleh otoritas legal.
2. Ada hirarkhi kekuasaan yang jelas yaitu hirarki wewenang yang dirumuskan secara baik.
3. Sistem prosedur bagi penanganan situasi kerja didasarkan pada aturan-aturan yang diformulasikan dicatat dalam dokumen tertulis.
4. Hubungan antar pribadi yang terjadi dalam organisasi merupakan hubungan yang bersifat impersonal.
5. Program rasional dalam pencapaian tujuan organisasi.
6. System aturan yang mencakup hak-hak dan kewajiban-kewajiban posisi para pemegang jabatan.
· Teori Administrasi Secara teoritis bentuk organisasi berlaku universal, aplikasi teori ini harus sama, landasannya efisiensi dengan prinsip spesialisasi tugas / pembagian kerja, hierarki otoritas, span of control, dan pengelompokan kerja. Teori ini dikemukakan oleh Henry Fayol. Henry Fayol adalah bapak administrasi (Father of modern operational management theory). Fayol mengemukakan dan membahas 14 kaidah manajemen yang menjadi dasar perkembangan teori administrasi. – Pembagian kerja (division of work). – Wewenang dan tanggung jawab (authorityand responsibility). – Disiplin (dicipline). – Kesatuan perintah (unity of command). – Kesatuan pengarahan (unity of direction). – Mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi (subordination of individual intereststo general interest). – Balas jasa (remuneration of personnel). – Sentralisasi (centralization). – Rantai skalar (scalar chain). – Tata tertib atau aturan (order). – Keadilan (equity). – Kelanggengan personalia (stability of tenure of personnel). – Inisiatif (initiative). – Solidaritas kelompok (esprit de corps). Tiga prinsip organisasi yang dikemukakan oleh James de Mooney dan Allen Reilly:
1. Prinsip koordinasi 2. Prinsip scalar 3. Prinsip fungsional
· Teori Manajemen Ilmiah Ada 2 pendapatan tentang manajemen ilmiah :
a. Manajemen ilmiah merupakan penerapan metode ilmiah pada studi, analisa dan pemecahan masalah-masalah organisasi.
b. Manajemen ilmiah adalah seperangkat mekanisme atau teknik “a bag of tricks” untuk meningkatkan efisiensi kerja organisasi.
MANAJEMEN ILMIAH TAYLOR : Unsur Kunci :
1. Pembagian Kerja : berkenaan denan bagaimana tugas, kewajiban dan pekerjaan organisasi didistribusikan (disinilah bagaimana jalur dan pola komunikasi berlangsung).
2. Proses Skalar – fungsional : berkenaan dengan rantai perintah / dimensi vertikal organisasi yang menunjukkan proses fungsional dan jalur horisontal organisasi.
3. Struktur : hubungan logis antara berbagai fungsi dalam organisasi. Teori klasik fokus pada dua stuktur dasar : lini (garis komando / pimpinan/decition maker) & staf (garis koordinatif / pelaksana tugas/follower).
4. Rentang Kendali/pengawasan (span of control) : menunjukkan jumlah bawahan yang berada di bawah pengawasan seorang atasan. Efektifitas pengawasan organisasi tergantung pada besar kecilnya jumlah rentang kendali yang ada. Teori organisasi klasik sepenuhnya hanya menguraikan anatomi organisasi formal. Di dalam organisasi formal ada empat unsure pokok yang selalu muncul yaitu: · System kegiatan yang terkoordinasi · Kelompok orang · Kerjasama · Kekuasaan dan kepemimpinan
2) TEORI ORGANISASI NEOKLASIK
Teori neoklasik adalah menekankan pentingnya aspek psikologis dan sosial karyawan sebagai individu maupun sebagai bagian kelompok kerjanya. Pendekatan neoklasik mencakup uraian sistematis organisasi informal dan pengaruhnya pada organisasi formal. Pengikut teori neoklasik adalah mereka yang membahas kelemahan model klasik pada prilaku organisasi tetapi tidak menentang seluruh teori klasik. Pembagian kerja neoklasik yaitu: · Melibatkan setiap orang dalam mengambil keputusan, · Perluasan kerja, · Manajemen bottom-up.
3) TEORI ORGANISASI MODERN
Teori Organisasi Modern yaitu memandang semua unsur organisasi sebagai satu kesatuan, dan mempunyai sistem terbuka yaitu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan. Teori modern menyebutkan bahwa kerja suatu organisasi sangat kompleks, dinamis, multilevel, multidimensional, multivariable, probabilistik. Organisasi modern ini mempunyai sistem terbuka (berdasarkan analisa konseptual, dan didasarkan data empiris serta bersifat sintesa dan integratife) yaitu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan. Organisasi modern ini memaduakn antara organisasi klasik dan neoklasik dengan konsep yang lebih maju. Teori organisasi modern menunjukkan tiga kegiatan proses hubungan universal yang selalu muncul pada system manusia dalam perilakunya berorganisasi yaitu :
1. Komunikasi 2. Konsep keseimbangan 3. Proses pengambilan keputusan
Perkembangan teori yang telah dibahas memunculkan pendekatan-pendekatan manajemen seperti :
· Pendekatan proses (Process approach) adalah melakukan identifikasi berdasarkan fungsi-fungsi administrasi (Fayol )
· Pendekatan sistem (System approach), pandangan bahwa organisasi sebagai sistem yang dipersatukan dan di arahkan dari bagian-bagian yang saling berkaitan. Sistem terdiri sub sistem. Sinergi berarti sebagai departemen terpisah dalam sebuah organisasi bekerjasama dan berinteraksi, mereka menjadi lebih produktif daripada bila masing-masing bertindak sendiri-sendiri
· Pendekatan Kontingensi (Contingency approach), pandangan bahwa teknik manajemen yang paling baik memberikan kontribusi untuk pencapaian sasaran organisasi mungkin bervariasi dalam situasi atau lingkungan yang berbeda.
· Pendekatan Keprilakuabn (Behavior approach), pendekatan hubungan manusiawi.
· Pendekatan Kuantitatif (Quantitative approach), sering dinyatakan dengan istilah management science atau operation research.
C. STRUKTUR ORGANISASI
Didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal organisasi diolah. Struktur ini terdiri dari unsur spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan ukuran satuan kerja.Faktor-faktor yang menentukan perancangan struktur organisasi yaitu :
1. Strategi organisasi pencapaian tujuan.
2. Perbedaan teknologi yang digunakan untuk memproduksi output akan membedakan bentuk struktur organisasi.
3. Kemampuan dan cara berpikir para anggota serta kebutuhan mereka juga lingkungan sekitarnya perlu dipertimbangkan dalam penyusunan struktur perusahaan.
4. Besarnya satuan oraganisasi dan satuan kerja mempengaruhi struktur organisasi. Unsur-unsur struktur organisasi terdiri dari : 1. Spesialisasi kegiatan 2. Koordinasi kegiatan 3. Standarisasi kegiatan 4. Sentralisasi dan desentralisasi pembuatan keputusan 5. Ukuran satuan kerja
Pembagian kerja (division of work) Pembagian Kerja adalah Upaya untuk menyederhanakan dari keseluruhan kegiatan dan pekerjaan (yang telah disusun dalam proses perencanaan) –yang mungkin saja bersifat kompleks—menjadi lebih sederhana dan spesifik dimana setiap orang akan ditempatkan dan ditugaskan untuk setiap kegiatan yang sederhana dan spesifik tersebut.
Kadangkala Pembagian Kerja dinamakan dengan Pembagian Tenaga Kerja, namun lebih sering digunakan Pembagian Kerja karena yang dibagi-bagi adalah pekerjaannya, bukan orangnya.
Contoh Pembagian Kerja : Pembagian Kerja dalam Bisnis Restoran, pembagian kerja dapat berupa pembagian kerja untuk bagian dapur, pelayanan pelanggan di meja makan, kasir, dan lain sebagainya.
D. BENTUK-BENTUK ORGANISASI
Bagan organisasi memperlihatkan tentang susunan fungsi-fungsi dan departementasi yang menunjukkan hubungan kerja sama.Bagan ini menggambarkan lima aspek utama suatu struktur organisasi, yaitu:
1. Pembagian kerja
2. Rantai perintah
3. Tipe pekerjaan yang dilaksanakan
4. Pengelompokan segmen-segmen pekerjaan
5. Tingkatan manajemen
Adapun cara penggambaran bagan struktur organisasi menurut Henry G. Hodges dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Bentuk Piramidal
2. Bentuk Vertikal
3. Bentuk Horisontal
4. Bentuk Melingkar Bentuk-bentuk organisasi dapat dibedakan atas :
1) Organisasi Garis
Merupakan bentuk organisasi tertua dan paling sederhana, diciptakan oleh Henry Fayol.
Ciri-ciri bentuk organisasi ini yaitu organisasinya masih kecil, jumlah karyawan sedikit dan saling mengenal serta spesialisasi kerja belum tinggi. Kebaikannya :
· Kesatuan komando terjamin sepenuhnya karena pimpinan berada pada satu tangan.
· Garis komando berjalan secara tegas, karena pimpinan berhubungan langsung dengan bawahan.
· Proses pengambilan keputusan cepat.
· Karyawan yang memiliki kecakapan yang tinggi serta yang rendah dapat segera diketahui, juga karyawan yang rajin dan malas.
· Rasa solidaritas tinggi.
Kelemahannya :
· Seluruh organisasi tergantung pada satu orang saja, apabila dia tidak mampu melaksanakan tugas maka seluruh organisasi akan terancam kehancuran.
· Adanya kecenderungan pimpinan bertindak secara otokratis. · Kesempatan karyawan untuk berkembang terbatas.
2) Organisasi Garis dan Staf
Dianut oleh organisasi besar, daerah kerjanya luas dan mempunyai bidang tugas yang beraneka ragam serta rumit dan jumlah karyawannya banyak. Staf yaitu orang yang ahli dalam bidang tertentu tugasnya memberi nasihat dan saran dalam bidang kepada pejabat pimpinan di dalam organisasi.
Kebaikannya :
· Dapat digunakan dalam organisasi yang besar maupun kecil, serta apapun tujuan perusahaan ·
 Terdapatnya pembagian tugas antara pimpinan dengan pelaksana sebagai akibat adaya staf ahli.
· Bakat yang berbeda yang dimiliki oleh setiap karyawan dapat ditentukan menjadi suatu spesiali-sasi.
· Prinsip penempatan orang yang tepat pada posisi yang tepat pula.
· Pengambilan keputusan dapat cepat walaupun banyak orang yang diajak berkonsultasi, karena pimpinan masih dalam satu tangan.
· Koordinasi lebih baik karena adanya pembagian tugas yang terperinci.
· Semangat kerja bertambah besar karena pekerjaannya disesuaikan dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki.
Kelemahannya :
· Rasa solidaritas menjadi berkurang, karena karyawan menjadi tidak saling mengenal.
· Perintah-perintah menjadi kabur dengan nasehat dari staf, karena atasan dengan staf dapat terjadi adanya perintah sendiri-sendiri padahal kewenangannya berbeda. · Kesatuan komando berkurang.
· Koordinasi kurang baik pada tingkat staf dapat mengakibatkan adanya hambatan pelaksanaan tugas.
3) Organisasi Fungsional
Organisasi yang disusun atas dasar yang harus dilaksanakan. Organisasi ini dipakai pada perusahaan yang pembagian tugasnya dapat dibedakan dengan jelas.
Kebaikannya :
· Pembidangan tugas lebih jelas.
· Spesialisasi karyawan lebih efektif dan dikembangkan.
· Solidaritas kerja, semangat kerja karyawan tinggi.
· Koordinasi berjalan lancar dan tertib.
Kelemahannya :
· Karyawan terlalu memperhatikan bidang spesialisasi sendiri saja
· Koordinasi menyeluruh sukar dilaksanakan.
· Menimbulkan rasa kelompok yang sangat sempit dari bagian yang sama sehingga sering timbul konflik.
4) Organisasi Panitia Organisasi dibentuk hanya untuk sementara waktu saja, setelah tugas selesai maka selesailah organisasi tersebut.
Kebaikannya :
· Segala keputusan dipertimbangkan masak-masak dalam pembahasan yang dalam dan terperinci.
· Kemungkinan pimpinan bertindak otoriter sangat kecil. · Koordinasi kerja telah dibahas oleh suatu team.
Kelemahannya :
· Proses pengambilan keputusan memerlukan diskusi yang berlarut-larut yang menghambat pelaksanaan tugas.
· Tanggung jawabnya tidak jelas, karena tanggung jawabnya sama.
· Kreatifitas karyawan terhambat dan sukar untuk dikembangkan, karena faktor kreatifitas lebih dipentingkan.
5) Organisasi Formal dan Informal
Ragam arti organisasi banyak sekali seperti organisasi statis, organisasi dinamis, organisasi formal, organisasi informal, organisasi tunggal, organisasi jamak, organisasi daerah, organisasi regional, organisasi negara, organisasi internasional dan lain sebagainya.
Ada beberapa saja yang akan dibahas di sini, yaitu :
a. Organisasi Statis Yaitu gambaran skematis hubungan-hubungan kerjasama yang terdapat dalam organisasi untuk mencapai suatu tujuan.
b. Organisasi Dinamis Yaitu kegiatan yang berhubungan dengan usaha merencanakan skema organisasi, mengadakan departementasi dan menetapkan wewenang, tugas dan tanggung jawab.
c. Organisasi Formal Yaitu sistem kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang dikoordinir untuk mencapai suatu tujuan yang ditetapkan secara rasional.
d. Organisasi Informal Yaitu kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang tidak dikoordinir untuk mencapai tujuan yang disadari tapi akhirnya mempunyai tujuan bersama, dimana kedudukan dan fungsi-fungsi yang dilakukan tampak kabur.
E. DEPARTEMENTASI (DEPARTEMENTATION)
Efesiensi kerja tergantung kepada keberhasilan integrasi satuan-satuan yang bermacam-macam dalam organisasi. Proses penentuan cara bagaimana kegiatan dikelompokkan disebutkan departementasi. Macam bentuk departementasi yaitu :
1. Departementasi Fungsional Mengelompokkan fungsi yang sama atau kegiatan sejenis untuk membentuk satuan organisasi. Ini merupakan bentuk organisasi yang paling umum dan bentuk dasar departementasi. Organisasi fungsional ini barangkali merupakan bentuk yang paling umum dan bentuk dasar departementalisasi. 
Kebaikannya :
· Pendekatan ini menjaga kekuasaan dan kedudukan fungsi-fungsi utama · Menciptakan efisiensi melalui spesialisasi
· Memusatkan keahlian organisasi · Memungkinkan pengawasan mana-jemen puncak terhadap fungsi-fungsi yang ada dalam organisasi.
Kelemahannya :
· Menciptakan konflik antar fungsi
· Adanya kemacetan pelaksanaan tugas
· Umpan balik yang lambat
· Memusatkan pada kepentingan tugasnya
· Para anggota berpandangan lebih sempit serta kurang inovatif.
2. Departementasi Devisional Dengan membagi divisi-divisi atas dasar produk, wilayah, langganan, dan proses, dimana tiap divisi merancang, memproduksi dan memasarkan produknya sendiri. Organisasi divisional dapat mengikuti pembagian divisi-divisi atas dasar produk, wilayah (geografis), langganan, dan proses atau peralatan. Struktur organisasi divisional atas dasar produk. Setiap departemen bertanggung jawab atas suatu produk atau sekumpulan produk yang berhubungan (garis produk).
Divisionalisasi produk adalah pola logik yang dapat diikuti bila jenis-jenis produk mempunyai teknologi pemrosesan dan metoda-metoda pemasaran yang sangat berbeda satu dengan yang lain dalam organisasi
Struktur Organisasi divisional atas dasar wilayah. Departementalisasi wilayah, kadang-kadang juga disebut departementalisasi daerah, regional atau geografis, adalah pengelompokan kegiatan-kegiatan menurut tempat dimana operasi berlokasi atau dimana satuan-satuan organisasi menjalankan usahanya. Faktor-faktor lokasi yang terutama menjadi pertimbangan adalah sumber bahan mentah, pasar dan tenaga kerja. Perusahaan yang menjual produknya diberbagai wilayah yang tersebar luas, dapat membaginya menjadi kelompok-kelompok wilayah dengan manajer tersendiri (area manager) untuk setiap wilayah. Perusahaan-perusahaan jasa, perbankan dan peruahaan-perusahaan bukan manufakturing lainnya lazin diorganisasikan atas dasar wilayah, dengan membuka kantor-kantor cabang. Sebagai contoh departementalisasi atas dasar wilayah dalam suatu perusahaan manufacturing.
Struktur organisasi divisional atas dasar langganan. Departementalisasi langganan adalah pengelompokan kegiatan-kegiatan yang dipusatkan pada penggunaan produk atau jasa tertentu. Pembentukan divisi ata dasar langganan ini terutama digunakan dalam pengelompokan kegiatan-kegiatan penjualan atau pelayanan, dan diperlukan bila suatu divisi menjual sebagian besar atau semua produknya kepada suatu kelas langganan tertentu. Sebagai contoh, perusahaan elektronika mungkin mempunyai divisi-divisi yang terpisah untuk langganan militer, industri dan konsumen. Sebagai suatu pedoman umum, perusahaan-perusahaan manufacturing dengan garis produk yang sangat beraneka ragam cenderung diorganisasikan atas dasar langganan atau produk.
Struktur organisasi divisional atas dasar proses atau peralatan. Departementalisasi proses atau peralatan adalah pengelompokan kegiatan-kegiatan atas dasar proses atau peralatan produksi. Hal ini sering dijumpai dalam departemen produksi. Kegiatan-kegiatan suatu pabrik menufacturing dapat dikelompokkan menjadi departemen-departemen pemboran, penggilingan, penggergajian, perakitan dan penyelesaian terakhir. Tipe departementalisasi ini mempunyai kegunaan bila mesin-mesin atau peralatan-peralatan yang digunakan memerlukan ketrampilan-ketrampilan pengoperasian khusus atau akan lebih ekonomis bila kapasitas digunakan sepenuhnya. Pendekatan proses atau peralatan terutama ditentukan atas dasar pertimbangan ekonomis. Tidak seperti departemen fungsional, suatu divisi menyerupai perusahaan yang terpisah. Kepala divisi terutama memusatkan perhatiannya pada operasi divisinya, bertanggung jawab atas laba atau rugi, dan bahkan mungkin bersaing dengan satuan-satuan lainnya dalam perusahaan yang sama. Tetapi suatu divisi bukan merupakan kesatuan yang bebas seperti halnya perusahaan yang terpisah. Dalam hal ini, seorang manajer divisi tidak dapat membuat keputusan-keputusan sebebas pemilik perusahaan terpisah, karena dia masih harus melaporkan kegiatannya kepada direktur pusat.
Sebagai pedoman umum, wewenang kepada divisi terbatas bila keputusan-keputusannya akan mempengaruhi kegiatan divisi-divisi lain.
·Struktur organisasi divisional atas dasar produk. Setiap departementasi bertanggung jawab atas suatu produk yang berhubungan. Struktur ini dipakai bila teknologi pemrosesan dan metode pemasaran sangat berbeda.
·Struktur organisasi divisional atas dasar wilayah.Pengelompokkan kegiatan atas dasar tempat dimana operasi berlokasi atau menjalankan usahanya. Faktor yang menjadi pertimbangan adalah bahan baku, tenaga kerja, pemasaran, transportasi dan lain sebagainya.
Struktur organisasi divisional atas dasar langganan. Pengelompokkan kegiatan yang dipusatkan pada penggunaan produk, terutama dalam kegiatan pengelompokkan penjualan, pelayanan.
3. Departemensi Proyek
Merupakan bentuk departementasi campuran.ini dilakukan dengan mengkombinasikan kebaikkan-kebaikkan dari system fungsional dan divisional dengan menghindarkan segala kelemahannya.
Organisasi Proyek Murni
· Proyek terpisah dan organisasi induk.
· Menjadi organisasi tersendiri dalam staf teknis tersendiri, administrasi yang terpisah dari ikatan dengan organisasi induk, laporan kemajuan atau kegagalan secara periodik mengenai proyek.
· Pimpinan dalam hal ini manajer proyek bisa melakukan pembangunan sumber daya dari luar berupa sub kontraktor atau supplier selama sumberdaya itu tidak bersedia atau tidak bisa dikendalikan dalam organisasi.
Kebaikannya :
· Manajer proyek (MP) mempunyai wewenang penuh untuk mengelola proyek.
· Semua anggota tim proyek secara langsung bertanggungjawab terhadap manajer proyek.
· Rantai komunikasi menjadi pendek, yakni antara manajer proyek dengan eksekutif secara langsung.
· Bila ada proyek yang sejenis berturut‐turut, organisasi ini bisa memanfaatkan para ahli yang sama sekaligus melakukan kaderisasi dalam penguasaan teknologi tertentu.
· Karena kewenangan terpusat, kemampuan untuk membuat keputusan bisa cepat dilakukan. · Adanya kesatuan komando.
· Bentuk ini cukup simpel sehingga mudah dilaksanakan.
· Adanya dukungan secara menyeluruh terhadap proyek.
Kelemahannya :
Bila organisasi induk mempunyai banyak proyek yang harus dikerjakan, biasanya setiap proyek akan mengusahakan sendiri sumberdaya, sehingga terjadi duplikasi usaha dan fasilitas. Struktur ini akan menambah biaya yang cukup mahal bagi Organisasi induk, karena biasanya akan berdiri sendiri dengan staf yang penuh. Sering kali manajer proyek menumpuk sumberdaya secara berlebihan untuk mendapatkan dukungan teknis dan teknologi sewaktu-waktu diperlukan.
Bila proyek selesai akan terjadi masalah tentang bagaimana nasib pekerja proyek yang ada. · Ketidakkonsistenan prosedur bisa sering terjadi dengan memakai alasan “memenuhi permintaan klien”.
Memilih Bentuk Organisasi Proyek :
· Frekuensi adanya y proyek baru : berapa sering suatu perusahaan mendapat proyek dan sejauh mana perusahaan induk tersebut terlibat dengan aktivitas proyek.
· Berapa lama proyek berlangsung
· Ukuran proyek: tingkat pemakaian tenaga kerja, modal dan sumberdaya yang dibutuhkan.
· Kompleksitas hubungan : jumlah bidang fungsional yang terlibat dalam proyek dan bagaimana hubungan ketergantungannya.
4. Departemensi Matriks.
Pada prinspinya sama dengan system proyek, tapi disini para karyawan mempunyai dua atasan, yang tentunya berada di dua wewenang. Rantai perintah pertama yaitu, fungsional, yang wewenangnya mengalir secara vertical. Kadua yaitu rantai perintah lateral atau horizontal, wewenangnya melintasi departemen yang dilaksanakan oleh manajer proyek, sehingga menyerupai matrix dalam lalu-lintas aliran wewenang.
Kebaikannya :
· Memaksimumkan efisiensi penggunaan manajer fungsional.
· Mengembangkan keterampilan dan kreativitas karyawan serta fleksibilitas kepada organisasi.
· Melibatkan motivasi dan menantang karyawan serta memperluas pandangan manajemen terhadap masalah strategi perusahaan yang akhirnya membebaskan manajemen puncak untuk perencanaan.
· Menstimulasi kerja sama antar displin dan mempermudah kegiatan perusahaan dengan orientasi obyek.
Kelemahannya :
· Adanya pertanggungjawaban ganda dan kebijaksanaan yang kontradiktif.
· Memerlukan koordinasi vertical dan horizontal.
· Memerlukan lebih banyak keterampilan antar pribadi.
· Menimbulkan resiko timbulnya perasaan anarki.
· Sangat mahal untuk diimplentasikan. ·
 Mendorong pertentangan kekuasaan dan lebih mengarah perdebatan daripada kegiatan.
KESIMPULAN
Pengorganisasian (organizing) merupakan proses penyusunan anggota dalam bentuk struktur organisasi untuk mencapai tujuan organisasi dengan sumber daya yang dimiliki dan lingkungan yang melingkupinya baik intern maupun ekstern. Dua aspek utama dalam organisasi yaitu departementasi dan pembagian kerja yang merupakan dasar proses pengorganisasian. Matriks dan organisasi proyek murni cocok untuk proyek berskala menengah dan besar, kompleksitas tinggi, beresiko tinggi, batasan waktu ketat. Organisasi fungsional cocok untuk proyek dengan skala relatif kecil, resiko kecil, waktu fleksibel.
Atau dapat mengunjungi :

Tuesday, November 2, 2010

seni batik, sebuah warisan kekayaan budaya bangsa

Seni Batik, Sebuah Warisan Kekayaan Budaya Bangsa



Kata batik berasal dari sebuah kata dalam bahasa Jawa yaitu ambatik yang artinya kurang lebih yaitu menuliskan atau menorehkan titik-titik. Dalam proses pembuatan kain batik, seorang pengrajin batik menorehkan motif-motif indah ke selembar kain mori dengan menggunakan canthing yang berisi lilin panas. Proses membatik ini dilakukan secara hati-hati dan sering kali seorang pengrajin batik harus menorehkan serangkaian titik-titik demi memperoleh sebuah motif batik yang rumit. Alat untuk membatik ialah canting. Sebuah alat yang berbentuk seperti pulpen dan terbuat dari bambu, berkepala tembaga serta bermulut sempit pada bagian ujungnya.
Canting ini dipakai untuk menyendok lilin cair yang panas, yang dipakai sebagai bahan penutup atau pelindung terhadap zat warna pada saat pewarnaan. Pada proses awal pembuatan batik, seorang pembatik menorehkan lilin di kain putih dengan menggunakan canthing. Namun sebelum dilakukan penggambaran motif dengan menorehkan lilin panas, kain mori yang akan digunakan haruslah dicelup lebih dahulu ke dalam minyak tumbuh-tumbuhan serta larutan soda, guna memudahkan lilin melekat dan agar kain bisa lebih mudah menyerap zat warna. Setiap kali kain hendak diberi warna lain, bagian-bagian yang tidak boleh kena zat warna ditutup dengan lilin, sehingga makin banyak warna yang dipakai untuk menghias kain batik, makin lama juga pekerjaan menutup itu. Pada taraf yang terakhir, lapisan lilin yang menutupi kain mori dihilangkan dengan merebus kain dalam air mendidih setelah sebelumnya direndam dalam larutan soda abu (sodium silikat) untuk mengekalkan warna pada batik. Sebagai hasil akhir adalah selembar kain batik dengan motif-motif indah yang mempesona.

Tehnik membatik sebenarnya sudah berumur ribuan tahun. Beberapa orang ahli bahkan menyebut bahwa tehnik membatik mungkin berasal dari kebudayaan kuno bangsa-bangsa di Afrika, Timur Tengah (bangsa Sumeria kuno) dan beberapa bangsa kuno di Asia yang terus menyebar hingga sampai ke Indonesia. Penyebaran tehnik dan budaya membatik ini bisa sampai ke Indonesia, rupanya berkat jasa para pedagang dari India yang sempat mengunjungi daerah-daerah di Indonesia pada beberapa abad silam.
Pada awalnya kain batik hanya dikenal sebatas lingkungan keraton atau kerajaan di mana kain batik semula hanya dipakai oleh kalangan bangsawan dan raja-raja. Namun seiring dengan perkembangan, maka kain batik selanjutnya dikenal luas di kalangan rakyat dan terus berkembang hingga masa sekarang. Jumlah dan jenis motif kain batik yang mencapai ribuan jenis ini mempunyai ciri khas pada masing-masing daerah di Indonesia. Walaupun terdapat jenis batik cap, namun kain batik tulis yang dibuat dan dilukis dengan menggunakan canthing masih menduduki tingkat preferensi teratas dan masih begitu diminati oleh konsumen dalam negeri maupun luar negeri. Tingkat kesulitan dan kerumitan serta jenis kain yang digunakan turut mempengaruhi harga jual. Dewasa ini kain batik tidak saja berbahan kain mori, namun juga sudah banyak dijumpai kain batik yang berbahan kain poliester, rayon, hingga sutra. Bahkan kain batik yang terbuat dari bahan sutra harganya bisa mencapai jutaan rupiah.

Penyebaran Tehnik Membatik dan Seni Membatik
Kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal secara luas sejak jaman kerajaan Majapahit dan tampaknya terus berkembang dan menular kepada kerajaan-kerajaan lain di nusantara.
Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-18 atau awal abad ke-19. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-20 dan batik cap dikenal baru setelah selesainya perang dunia I atau sekitar tahun 1920-an. Bahan yang digunakan dalam pembuatan kain batik secara tradisional antara lain bahan-bahan pewarna yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri seperti kayu pohon mengkudu, pace, kunyit, tinggi, soga, nila, sementara bahan sodanya dibuat dari soda abu, dan garamnya dibuat dari tanah lumpur.

Batik yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majahit, dapat ditelusuri di daerah Mojokerto dan Tulung Agung. Mojokerto adalah daerah yang erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit semasa dahulu dan asal nama Mojokerto ada hubungannya dengan Majapahit. Pusat kerajinan batik di Mojokerto terdapat di Kwali, Mojosari, Betero dan Sidomulyo. Daerah kerajinan batik yang terdekat dengan Mojokerto adalah di Jombang. Pada sekitar akhir abad ke-19 di Mojokerto, sudah dipakai bahan-bahan utama kerajinan batik seperti, kain putih yang ditenun sendiri dan obat-obat batik dari soga jambal, mengkudu, nila tom, tinggi dan sebagainya. Bahan kimia impor untuk pewarna batik baru dikenal setelah masa perang dunia I yang umumnya dijual oleh para pedagang Cina di Mojokerto. Batik cap kemudian dikenal bersamaan dengan masuknya obat-obat batik buatan luar negeri. Cap atau stempel motif batik (pada jenis batik cap) dulu dibuat di Bangil dan pengusaha-pengusaha batik Mojokerto dapat membelinya di pasar Porong Sidoarjo.
Pasar Porong dahulu dikenal sebagai pasar yang ramai, dimana hasil-hasil produksi batik Kedung cangkring dan Jetis Sidoarjo banyak dijual. Saat terjadi krisis ekonomi dunia sebelum jaman Jepang dan saat penjajahan Jepang, pengusaha batik Mojoketo ikut lumpuh. Kegiatan pembatikan muncul lagi sesudah revolusi dimana Mojokerto sudah menjadi daerah pendudukan Jepang. Ciri khas dari batik Kalangbret dari Mojokerto adalah hampir sama dengan batik-batik keluaran Yogyakarta, yaitu dasarnya putih dan warna coraknya coklat muda dan biru tua. Sentra kerajinan batik yang dikenal sejak lebih dari seabad lalu adalah di desa Majan dan Simo.

Meskipun pembatikan dikenal sejak jaman Majapahit namun perkembangan seni batik mulai menyebar pesat di daerah Jawa Tengah Surakarta dan Yogyakarta. Hal itu tampak bahwa perkembangan batik di Mojokerto dan Tulung Agung berikutnya lebih dipengaruhi corak batik Solo dan Yogyakarta. Pembuatan batik Majan ini merupakan warisan seni sejak jaman perang Diponegoro. Warna babaran batik Majan dan Simo adalah unik karena warna babarannya merah menyala (terbuat dari kulit mengkudu) dan warna lainnya dari tom. Salah satu sentra batik sejak dahulu ada di daerah desa Sembung, dimana pada akhir abad ke-19 para pengusaha batik kebanyakan berasal dari Solo yang datang di Tulungagung. Hingga sekarang masih terdapat beberapa keluarga pengrajin batik dari Solo yang menetap di daerah Sembung. Terdapat pula daerah kerajinan batik di Trenggalek dan beberapa di Kediri, walau sebagian berskala kerajinan rumah tangga dan termasuk kerajinan batik tulis.

Di wilayah Jawa Timur, riwayat seni batik di daerah Ponorogo erat hubungannya dengan perkembangan agama Islam. Di daerah Tegalsari, Ponorogo, ada sebuah pesantren yang diasuh Kyai Hasan Basri atau yang dikenal dengan sebutan Kyai Agung Tegalsari. Kyai Hasan Basri ini diambil menjadi menantu oleh raja Kraton Solo. Seni batik mulai menyebar ke Tegalsari seiring dengan diboyongnya putri kraton Solo ke Tegalsari oleh Kyai Hasan Basri. Di masa itu banyak keluarga kraton Solo belajar di pesantren tersebut.
Peristiwa inilah yang membawa seni batik keluar dari kraton menuju ke Ponorogo. Daerah perbatikan di Ponorogo yang bisa kita lihat hingga sekarang ialah daerah Kauman yaitu Kepatihan Wetan sekarang dan dari sini meluas ke desa-desa Ronowijoyo, Mangunsuman, Kertosari, Setono, Cokromenggalan, Kadipaten, Nologaten, Bangunsari, Cekok, Banyudono dan Ngunut. Waktu itu bahan kain batik masih memakai buatan sendiri dari tenunan gendong. Kain putih impor baru dikenal di Indonesia sekitar akhir abad ke-19. Pembuatan batik cap di Ponorogo baru dikenal setelah perang dunia pertama yang dibawa oleh seorang Cina bernama Kwee Seng dari Banyumas.

Daerah Ponorogo awal abad ke-20 terkenal batiknya dalam pewarnaan nila yang tidak luntur dan itulah sebabnya pengusaha-pengusaha batik dari Banyumas dan Solo banyak memberikan pekerjaan kepada pengusaha-pengusaha batik di Ponorogo. Akibat dikenalnya batik cap maka produksi Ponorogo setelah perang dunia pertama sampai pecahnya perang dunia kedua terkenal dengan batik kasarnya yaitu batik cap mori biru. Pasaran batik cap kasar Ponorogo kemudian terkenal seluruh Indonesia. Batik Solo dan Yogyakarta pada sekitar abad 17,18 dan 19, semakin berkembang luas, khususnya di wilayah Pulau Jawa. Bahan-bahan yang dipergunakan untuk pewarnaan batik pada masa dahulu, masih memakai bahan-bahan dalam negeri seperti soga Jawa. Polanya tetap antara lain terkenal dengan “Sidomukti” dan “Sidoluruh”.

Asal-usul batik di daerah Yogyakarta dikenal semenjak kerajaan Mataram ke-I dengan rajanya Panembahan Senopati. Daerah sentra batik pertama ialah di desa Plered. Kerajinan batik pada masa itu terbatas dalam lingkungan keluarga kraton yang dikerjakan oleh wanita-wanita pembantu ratu dan kemudian meluas diikuti oleh istri dari abdi dalem dan tentara-tentara. Pada upacara resmi kerajaan keluarga kraton baik pria maupun wanita memakai pakaian dengan kombinasi batik dan lurik. Akibat dari peperangan pada jaman penjajahan Belanda, maka banyak keluarga-keluarga raja yang mengungsi dan menetap di daerah baru seperti Banyumas, Pekalongan, dan ke daerah timur Ponorogo, Tulungagung dan sebagainya. Keluarga-keluarga kraton yang mengungsi inilah yang mengembangkan pembatikan ke seluruh pelosok pulau Jawa yang ada sekarang dan terus berkembang menurut kreativitas dan kekhasan budaya lokal.

Kain batik khas Solo dan Yogyakarta yang mulai merambah wilayah Jawa Timur selanjutnya menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulung Agung. Terus menyebar ke Gresik, Surabaya dan Madura. Di wilayah Jawa Barat, batik berkembang di Banyumas, Pekalongan, Tegal, Cirebon. Perkembangan batik di Banyumas berpusat di daerah Sokaraja dibawa oleh pengikut-pengikut Pangeran Diponegoro setelah selesainya peperangan tahun 1830 yang kemudian mengembangkan batik celup di Sokaraja. Bahan mori yang dipakai hasil tenunan sendiri dan obat pewarna dipakai pohon tom, pohon pace dan mengkudu yang memberi warna merah bersemu kuning. Tehnik membatik kemudian ditularkan pada rakyat Sokaraja dan pada sekitar akhir abad ke-19 para pembatik di wilayah ini sudah menjalin hubungan dagang dengan para pembatik dari daerah Solo dan Ponorogo. Setelah perang dunia kesatu pembatikan mulai pula dikerjakan oleh warga keturunan Cina yang juga berdagang batik. Selanjutnya seni batik mulai berkembang di daerah pesisir pantai, selain di daerah Pekalongan sendiri, yaitu tumbuh pesat di Buawaran, Pekajangan dan Wonopringgo. Adanya pembatikan di daerah-daerah ini hampir bersamaan dengan pembatikan daerah-daerah lainnya yaitu sekitar abad ke-19.

Perkembangan seni dan tehnik membatik keluar dari wilayah Yogyakarta dan Solo selanjutnya semakin meluas. Sampai awal abad ke-20 kegiatan seni batik yang dikenal ialah batik tulis dengan bahan morinya buatan dalam negeri dan juga sebagian impor. Batik cap baru dikenal setelah masa perang dunia I dan mulai banyak dipakai obat dan bahan kimia untuk batik buatan Jerman dan Inggris.

Pada sekitar awal abad ke-20, di Pekajangan terdapat usaha tenun yang menghasilkan stagen dan benangnya dipintal sendiri secara sederhana. Tak lama kemudian seni batik pun mulai dikerjakan oleh para pekerja yang semula bekerja di sektor kerajinan tenun ini. Banyak tenaga kerja pabrik gula di Wonopringgo dan Tirto beralih pekerjaan ke perusahaan-perusahaan batik, karena upahnya lebih tinggi dari pabrik gula. Seni batik mulai dikenal di Tegal pada akhir abad ke-19.
Pewarna yang dipakai waktu itu buatan sendiri yang diambil dari tumbuh-tumbuhan pace/mengkudu, nila, soga kayu dan kainnya adalah hasil tenunan sendiri. Warna batik Tegal pertama kali ialah sogan dan babaran abu-abu setelah dikenal nila pabrik, dan kemudian berkembang menjadi warna merah-biru. Batik asal Tegal saat itu sudah mulai merambah Jawa Barat dan para pedagang inilah yang konon mengembangkan kerajinan batik di Tasik dan Ciamis. Pada awal abad ke-20 sudah dikenal mori impor dan bahan kimia impor untuk pembuatan batik.

Pengusaha-pengusaha batik di Tegal masa itu lemah dalam permodalan dan bahan baku didapat dari pedagang keturunan Cina di Pekalongan dengan cara kredit dan batiknya dijual pada yang memberikan kredit bahan baku tersebut. Perkembangan kerajinan batik di Kebumen lebih cepat daripada di Purworejo. Produksinya sama pula dengan Yogya dan daerah Banyumas lainnya. Sedangkan di daerah Bayat, Kecamatan Tembayat Kebumen, yang letaknya lebih kurang 21 Km sebelah Timur kota Klaten. Seni batik di desa Bayat sudah ada sejak jaman dahulu. Pengusaha-pengusaha batik di Bayat tadinya kebanyakan dari kerajinan dan buruh batik di Solo. Seni batik di Kebumen dikenal sekitar abad ke-19 dengan dibawa oleh pedagang Islam dari Yogya yang mengembangkan batik di Kebumen. Proses batik pertama di Kebumen dinamakan tengabang atau blambangan dan selanjutnya proses terakhir dikerjakan di Banyumas/Solo.
Sekitar awal abad ke-20 untuk membuat polanya digunakan kunyit yang capnya terbuat dari kayu. Motif-motif Kebumen ialah pohon-pohon, burung-burungan. Bahan pewarna yang digunakan berasal dari pohon mengkudu dan nila tom. Pemakaian bahan kimia impor untuk pembuatan batik di Kebumen dikenal sekitar tahun 1920 yang diperkenalkan oleh pegawai Bank Rakyat Indonesia. Pemakaian cap dari tembaga dikenal sekitar tahun 1930 yang dibawa oleh Purnomo dari Yogyakarta. Daerah pembatikan di Kebumen ialah desa: Watugarut, Tanurekso yang banyak dan ada beberapa desa lainnya.

Seni batik di daerah Tasikmalaya diduga dikenal sejak jaman kerajaan “Tarumanagara” dimana peninggalan yang ada sekarang ialah banyaknya pohon tarum di sana yang berguna untuk pembuatan batik waktu itu. Desa peninggalan yang sekarang masih ada pembatikan ialah Wurug terkenal dengan batik kerajinannya, Sukapura, Mangunraja, Maronjaya dan Tasikmalaya kota. Dahulu pusat dari pemerintahan dan keramaian yang terkenal ialah desa Sukapura, Indihiang yang terletak di pinggir kota Tasikmalaya sekarang. Produksi batik Tasikmalaya sekarang adalah campuran dari batik-batik asal Pekalongan, Tegal, Banyumas, Kudus yang beraneka pola dan warna. Pembatikan dikenal di Ciamis sekitar abad ke-19 setelah selesainya peperangan Diponegoro, dimana pengikut-pengikut Diponegoro banyak yang meninggalkan Yogyakarta, menuju ke selatan. Sebagian ada yang menetap didaerah Banyumas dan sebagian ada yang meneruskan perjalanan ke selatan dan menetap di Ciamis dan Tasikmalaya sekarang. Motif batik Ciamis adalah campuran dari batik Jawa Tengah dan pengaruh motif dan warna dari Garut.
Sampai awal-awal abad ke-20 pembatikan di Ciamis berkembang sedikit demi sedikit, dari kebutuhan sendiri menjadi produksi pasaran. Sedang di daerah Cirebon batik ada kaitannya dengan kerajaan yang ada di daerah ini, yaitu Kanoman, Kasepuhan dan Keprabonan. Ciri khas batik Cirebon sebagaian besar bermotifkan gambar lambang hutan dan margasatwa. Motif laut yang kemudian muncul banyak dipengaruhi oleh budaya Cina, dimana kesultanan Cirebon dahulu pernah menyunting putri Cina. Batik Cirebonan yang bergambar garuda banyak dipengaruhi oleh motif batik Yogya dan Solo.

Di Jakarta, seni batik dikenal dan berkembang bersamaan dengan daerah-daerah sentra batik lainnya yaitu kira-kira akhir abad ke-19. Seni batik dibawa oleh pendatang-pendatang dari Jawa Tengah dan mereka bertempat tinggal di daerah sentra batik. Daerah sentra batik di Jakarta tersebar dekat Tanah Abang yaitu: Karet, Bendungan Hilir dan Udik, Kebayoran Lama, dan daerah Mampang Prapatan serta Tebet. Jakarta sejak jaman sebelum perang dunia kesatu telah menjadi pusat perdagangan antar daerah Indonesia dengan pelabuhan Pasar Ikan sekarang. Setelah perang dunia kesatu selesai, produksi batik meningkat dan pedagang-pedagang batik mencari daerah pemasaran baru. Pedagang-pedagang batik yang banyak ialah bangsa warga keturunan Cina dan Arab, selain sejumlah kecil penduduk lokal. Batik Jakarta sebelum perang terkenal dengan batik kasarnya, dengan warnanya yang sama dengan batik Banyumas.

Batik kemudian berkembang ke seluruh penjuru kota-kota besar di Indonesia yang ada di luar Jawa, seperti daerah Sumatera Barat misalnya, khususnya daerah Padang. Sumatera Barat termasuk daerah konsumen batik sejak zaman sebelum perang dunia kesatu, terutama batik-batik produksi Pekalongan dan Solo serta Yogya. Di Sumatera Barat yang berkembang terlebih dahulu adalah industri tenun tangan yang terkenal “tenun Silungkang” dan “tenun plekat”. Batik cap mulai berkembang di jaman penjajahan Belanda saat jumlah permintaan akan batik tulis semakin meningkat dan cenderung kewalahan untuk dipenuhi. Bahan pewarna batik umumnya dari tumbuh-tumbuhan seperti mengkudu, kunyit, gambir, damar dan sebagainya. Bahan kain putihnya diambilkan dari kain putih bekas dan hasil tenun tangan. Perusahaan batik pertama muncul yaitu daerah Sampan Kabupaten Padang Pariaman tahun 1946 antara lain: Bagindo Idris, Sidi Ali, Sidi Zakaria, Sutan Salim, Sutan Sjamsudin dan di Payakumbuh sekitar 1948, yaitu Waslim (asal Pekalongan) dan Sutan Razab. Warna batik tulis dari Padang kebanyakan hitam, kuning dan merah ungu serta polanya Banyumasan, Indramayu-an, Solo dan Yogya.
Sekarang batik produksi Padang sudah berkembang lebih maju walau masih belum bersaing sebaik kain batik buatan Jawa. Batik cap yang ada kebanyakan berupa sarung. Seni batik dari waktu ke waktu terus menyebar ke berbagai pelosok daerah di Indonesia seperti Bali, dan banyak daerah lain dengan warna-warna beragam mulai dari warna hijau, kuning, merah, biru, putih dan coklat.

Melestarikan Seni Budaya Batik di Indonesia
Kain batik merupakan kekayaan budaya Indonesia yang tidak boleh ditinggalkan begitu saja. Sebenarnya sangat disayangkan bahwa saat ini batik tradisional khas Indonesia masih sulit untuk dipatenkan, padahal jumlah dan jenis kain batik dari tiap daerah di Indonesia kalau dihitung bisa mencapai ribuan jenis. Ragam dan corak motif yang khas dari tiap daerah merupakan sebuah kekayaan budaya yang patut senantiasa dilestarikan. Sebagai contoh, batik pesisir umumnya memiliki corak maskulin seperti pada corak “Mega Mendung”, karena di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki. Ragam corak dan warna batik sedikit banyak juga dipengaruhi pula oleh berbagai pengaruh asing. Misalnya saja pada daerah-daerah pesisir pantai, corak kain batik menyerap berbagai pengaruh budaya luar yang dibawa para pedagang asing.
Warna-warna cerah seperti merah yang mulanya dipopulerkan oleh orang Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak burung phoenix, akhirnya juga diadaptasi ke dalam motif dan corak batik pesisir, misalnya saja batik Madura, yang sering kali diwarnai dengan warna merah, hitam, hijau, dan putih serta dihiasi oleh berbagai motif bunga-bungaan dan motif gambar burung. Batik khas Madura umumnya banyak digunakan sebagai sarung, walaupun ada beberapa yang khusus didesain untuk kemeja resmi pesta. Pusat-pusat kerajinan batik dan perdagangan batik di Madura adalah di Pamekasan dan Bangkalan. Pedagang batik di Madura umumnya adalah warga keturunan Arab selain warga lokal yang memegang teguh budaya Madura dalam kehidupan sehari-hari.

Bangsa penjajah Eropa yang juga mengambil minat kepada batik, memberikan pengaruh besar dalam motif dan corak batik khas Indonesia, seperti motif bunga-bungaan (bunga tulip) dan aneka motif benda lain, termasuk pula warna-warna asing seperti warna biru yang mulai banyak dijumpai dalam batik-batik Indonesia. Berbagai corak batik kuno khas era penjajahan Belanda maupun batik modern buatan Indonesia bisa disaksikan di Tropenmuseum, Amsterdam, Belanda.
Tampaknya kekayaan intelektual bangsa Indonesia berupa motif-motif batik tradisional, yang ribuan macam dan jenisnya ini, hari demi hari semakin banyak dijiplak dan ditiru oleh para pengrajin dari negara-negara lain demi kepentingan ekonomi. Bila pemerintah dan para pengrajin batik mau berusaha bersama-sama untuk berusaha lebih keras mendaftar setiap jenis motif dan kekhasan batik tradisional untuk dipatenkan secara internasional, maka hal ini jelas akan merupakan sebuah peluang yang baik bagi berkembangnya bisnis batik berpangsa pasar internasional.

Museum batik yang ada di Belanda, yaitu Tropenmuseum yang mengkoleksi ribuan jenis kain batik, selalu saja dipadati oleh pengunjung, dan ini juga berarti sarana promosi yang efektif dalam mempopulerkan tradisi busana batik khas Indonesia di tingkat internasional. Pameran batik di luar negeri, terutama di negeri Belanda senantiasa banyak diminati pengunjung. Bahkan publikasi pameran batik di Belanda sering dimuat di majalah-majalah seperti majalah Round About dan majalah Moesson, yang tidak hanya terbit di Belanda, namun juga terbit di seluruh Eropa, Amerika, dan Australia.
Batik khas Indonesia bahkan pernah diliput oleh majalah Island, Amerika. Acara peragaan busana batik Indonesia juga pernah ditayangkan oleh Fashion TV, sebuah televisi Perancis yang mengkhususkan diri pada penayangan peragaan busana dari berbagai negara. Sungguh sayang bila berbagai kesempatan yang ada kita lewatkan begitu saja. Mari kita giatkan industri batik di tanah air!

Sumber : http://rdcjateng.com

Monday, November 1, 2010

ANALISIS SWOT LG ELECTRONICS

ANALISIS SWOT LG ELECTRONICS

1. PENDAHULUAN

LG Group

Logo LG

LG Group adalah sebuah chaebol (konglomerat) besar Korea Selatan, yang memproduksi perangkat elektronik (termasuk domotik), telepon genggam, dan petrokimia.

Nama LG berasal dari singkatan "Lucky - Goldstar", nama perusahaan tersebut sampai 1995.

Sejarah

Didirikan pada 1947, Lucky Chemical Industrial Co. (sekarang disebut LG Chemical), adalah merupakan perusahaan kimia pertama di Korea. Perusahaan ini merupakan sebuah kerja sama antara keluarga Koo dan Heo, yang telah memiliki bisnis yang saling bersaing satu sama lain untuk beberapa generasi. Grup ini memperluas ke peralatan rumah tangga pada 1958 di bawah nama Goldstar Electronics Co. (sekarang disebut LG Electronics), yang merupakan perusahaan elektronik pertama di negara tersebut.

Pada tanggal 4 November 1959, Kookje Daily News, sebuah surat kabar paling berpengaruh di Korea mempublikasikan kisah tentang radio buatan Korea yang pertama yang dikembangkan dan dirakit oleh Goldstar yaitu A-501. Dengan kandungan komponen lokal sebesar 60%, A-501 menciptakan sejarah baru bagi industri elektronik Korea.

Menyandang gelar sebagai " Perusahaan Elektronik Pertama Korea", slogan seperti "The First" dan " The Best" selalu menyertai LG Electronics. Setelah suskses memproduksi radio, berturut-turut LG Electronics mengembangkan berbagai produk buatan Korea pertama, a.l telepon, lemari es, televisi, pendingin udara dan mesin cuci.

Sponsor

LG Electronics mensponsori klub sepak bola Inggris yaitu Leicester City dan Weyside Rovers (Guildford) dari tahun 2000 sampai 2002. LG Electronics sekarang mensponsori Fulham F.C, klub sepak bola Brazil São Paulo F.C., AEK dari Yunani, International Cricket Council, klub Australia Fremantle Football Club dan klub National Rugby League, Cronulla Sharks.


Divisi Bisnis

* Mobile communications

Produknya adalah: telepon seluler dan notebook (sejak 2008, sebelumnya diproduksi oleh Digital Media) dengan ikon-ikon yang terkenal, a.l. Chocholate, Shine, Secret dan Cookie dan X-Note untuk notebook.

* Digital appliance

Produknya adalah: kulkas, AC, mesin cuci, vacuum cleaner, air purifier, wine storage dll.

* Digital display

Produknya adalah: televisi (CRT, LCD dan PDP), monitor (CRT dan LCD), proyector (LCD dan DLP)

* Digital media

Produknya adalah: perangkat audio/video (car audio, home theater system, DVD player, DVD recorder dll)


Merk Dagang

* & - Pemutar MP3
* Cyon - Handphone
* Dios - Perangkat Elektronika
* Flatron - Monitor komputer, TV
* IrisAccess
* Platon - TV CRT
* Super Multi - Paten untuk Pembakar DVD+R(W)/-RAM
* Whisen - Pendingin Udara
* Xcanvas - HDTV PDP & LCD
* Xnote - Laptop
* XD Engine - Teknologi TV
* Xpion - Komputer Desktop

2. VISI dan MISI
VISI:
Memimpin pergerakan konvergensi digital.
Penjabaran visi:
LG meyakini bahwa melalui inovasi teknologi saat ini, LG akan menemukan
solusi yang diperlukan untuk menghadapi tantangan hari esok. Teknologi membuka
kesempatan—bagi bisnis untuk tumbuh, bagi warga negara di pasar yang sedang
berkembang untuk hidup sejahtera dengan memasuki tahap ekonomi digital, dan agar
masyarakat dapat menemukan peluang baru.
Tujuan LG adalah mengembangkan teknologi yang inovatif dan proses efisien yang
menciptakan pasar baru, memperkaya hidup semua orang, dan terus menjadikan LG
sebagai pemimpin digital yang terpercaya.

Misi:
Menjadi “digital-εCompany” yang terbaik.
Penjabaran misi:
1. Digital
Untuk menciptakan produk dan layanan teknologi yang memimpin industri.
2. ε
Menempatkan manajemen dan proses produksi yang paling efisien
3. Perusahaan
Mempertahankan fokus yang mantap untuk memperkuat organisasi kami, demni
terus menjadi pemimpin teknologi global dan perusahaan yang terpercaya dan
bertanggung jawab.
LG Electronics tumbuh menjadi perusahaan global dengan menghadapi tantangan secara
langsung. Dalam tahun-tahun kedepan, orang-orang Samsung yang berdedikasi akan terus
menghadapi banyak tantangan dan memberikan ide-ide kreatif untuk mengembangkan
produk dan layanan yang memimpin pasar. Kecerdasan mereka akan terus menjadikan
LG electronics sebagai perusahaan global yang menguntungkan dan bertanggung jawab.

3.ANALISIS KASUS

Menurut daftar Global atas 100 merek yang disurvei oleh Interbrand, LG elektronik ada diposisi 97. Dari 2006 hingga 2007, LG elektronik sebesar 3 persen dalam mendapatkan nilai merek ke 3,1 miliar dolar amerika (koreatimes.co.kr). LG elektronik memperkenalkan kesehatan berorientasi lini produk yang meliputi Air conditioner, kulkas, mesin cuci, microwaves, vacuum cleaners dan airpurifiers. Di lain pihak perusahaan menawarkan berbagai produk campuran yang terdiri dari merek-merek yang ditemukan di lini produk home appliances, peralatan audio, handset, komersial produk, dan sebagainya. "Pengelolaan merek dan lini produk merupakan unsur utama dari strategi produk." (David Jobber, 2007). LGE menghasilkan pendapatan melalui enam divisi bisnis: LCD (24,2%), alat digital (19,9%), komunikasi selular (18,7%), media digital (9,1%), dan usaha lainnya (6,7%).. Dari angka ini, kita dapat melihat bahwa diversifikasi produk yang menghasilkan pendapatan tinggi.
Inti inovasi LGE adalah kegiatan penelitian dan pengembangan (R & D) kegiatan. "LG terbuka dan inovatif Litbang budaya akan terus memberikan kepemimpinan teknologi di industri elektronik." Hyun Woo Paik di CTO dari LGE. Saat ini, LG memiliki 38 penelitian laboratorium di seluruh dunia. Penelitian jaringan mendukung operasi LGE dalam pengembangan desain produk, teknologi baru pada produk, komponen inti elektronik, dan generasi lini produk.
Pada 2005, LGE mengembangkan dunia pertama DMB handset 3G UMTS, 3G berbasis DVB-tangan Media Flo, dan pada tahun itu, LG menjadi pemasok terbesar keempat-mobile yang sesuai pasar di seluruh dunia dan yang telah dicapai berkat upaya-nya melalui penelitian.
Investasi R & D yang hampir $ 1,8 miliar, namun, dalam tahun itu, dengan merek nilai LGE telah sampai $ 3,1 miliar. Prestasi yang di R & D dan desain telah LGE salah satu pemain terkemuka di handset CDMA, penyimpanan optik, pemutar DVD dan seterusnya. Investasi ini dapat membuat LGE mencapai tujuan Tertinggi 3 merek elektronik di tahun 2010.
Dalam beberapa kasus, LG produk belum yang terbaik dalam kualitas, ada beberapa kasus ketika mereka recalled produk mereka ketika kesalahan telah ditemukan. Contoh baru-baru ini pada 2 Maret 2009, ketika 30.000 ponsel LG telah recalled by US Konsumen Keselamatan regulator. LG laporan lain yang tercantum di samping ponsel Sony Ericsson dan Samsung sebagai ponsel yang paling handal karena kesalahan teknis (Theregister.co.uk).

Beberapa tahun terakhir, LGE telah dikaitkan dengan sejumlah besar olahraga Sponsor
global, khususnya di Eropa. Setelah itu, LGE telah menjadi sponsor dari musim 2008-2009 di fis snowboard Word CUP. LG di Piala Dunia fis event olahraga musim dingin yang berlangsung di 20 lokasi di sekitar 15 negara (10 negara di Eropa, 2 negara di Amerika Selatan, 1 negara di Amerika Utara dan 2 negara di Asia), The Big LG Udara adalah acara besar sukses dengan kehadiran lebih dari 30 ribu orang di Battersea Power Station di London pada Oktober 2008.
Menurut data baru dari Consumer Electronics Association (CEA) dan Kelompok GFK, pasar elektronik konsumen akan tumbuh hampir 10 persen tahun ini, hampir $ 700 milyar di seluruh dunia, khususnya di negara-negara berkembang cepat, seperti Brazil, Cina, dan India.
Tentunya, LGE dapat memperoleh manfaat dari harus kuat di tahun-tahun berikutnya. Namun, peluang yang sama untuk setiap perusahaan, cara untuk mencapai tujuan pasar semakin tergantung pada usaha-usaha perusahaan.
Meskipun laporan mengenai pasar elektronik konsumen telah positif, tidak ada seorangpun yang dapat menjamin krisis keuangan global tidak akan ada efek yang ada di pasar. Perusahaan harus memberi untuk rencana B jika hal yang memungkinkan untuk beradaptasi dengan perubahan tanpa efek pada mereka pendek dan tujuan jangka panjang.

4. ANALISIS SWOT UNTUK LG
- STRENGHTS
1. Semua yang dilakukan LG dipandu oleh panduan moral yang memastikan
keadilan, menghormati semua stakeholder dan transparansi sepenuhnya.
2. Meliputi beragam bisnis yang memanfaatkan kecepatan, kreatifitas, dan
efisiensi untuk menemukan, mengembangkan dan memasarkan produk yang
menentukan hidup kita saat ini.
3. Orang-orang LG yang berdedikasi akan terus menghadapi banyak tantangan
dan memberikan ide-ide kreatif untuk mengembangkan produk dan layanan yang
memimpin pasar.
4. Inovasi adalah kunci utama dari LG.
5. Aktifitas R&D tidak hanya memperluas pandangan, namun mereka juga membukakan
jalan bagi kelanjutan teknologi terkini dibidang digital elektronik.
6. Memberi kesempatan yang sangat luas bagi orang-orang untuk mencapai potensi
mereka sepenuhnya.
7. Upaya Kewarganegaraan Samsung meliputi banyak bidang dalam kehidupan
masyarakat, termasuk kesejahteraan sosial, kebudayaan dan seni, pelayanan
sukarela, akademik dan pendidikan, perlindungan lingkungan, dan pertukaran
internasional.
8. Menciptakan image produk yang bertahan lama dimata konsumen
9. Ramah lingkungan, hemat energi dan air, mengurangi polusi dan mengeliminasi
bahan beracun.
10.Inovasi diciptakan dengan mengadaptasi teknologi baru, lebih dulu daripada
pesaing.
11. Nilai merek yang tinggi
12. Diversifikasi lini produk dan produk campuran
13. Kegiatan penelitian dan pengembangan


- WEAKNESSES:
1. LG harus terus menerus memaintain semua biaya untuk tetap sukses
2. Investasi tinggi pada aktivitas R&D (menginvestasikan paling sedikit 9% dari
pendapatan penjualan pada aktivitas R&D).
3. LG belum memiliki jaringan penjualan dan pelayanan yang sebanding dengan
pesaingnya.
4. Samsung belum memiliki banyak pengalaman pada Televisi berteknologi tinggi
pada segmen tersebut.
5. Samsung tidak memiliki strategi marketing, masalah penyebaran produk akan
meningkat
6. Berkurangnya profitabilitas karena terlalu banyak pegawai dengan fasilitas
luar biasa
7. Kualitas Produk.Dalam beberapa kasus, LG produk belum yang terbaik
dalam kualitas, ada beberapa kasus ketika mereka recalled produk mereka.

- OPPORTUNITIES:
1. Era digital yang terus berkembang
Salah satu pemimpin yang diakui dunia di industri teknologi digital
2. LG memiliki program yang memperkuat pikiran dan mendorong kreativitas
generasi muda
3. Berdasarkan data yang didapat, 28% dari 220 juta rumah tangga memiliki
televisi berwarna.
4. Jaringan penelitan dan pengembangan meliputi enam pusat LG di Korea dan 8
lainnya di sembilan negara lain, termasuk Amerika Serikat, Inggris, Rusia,
Israel,India, Jepang, Cina serta pusat-pusat penelitian dan perguruan tinggi
lainnya. Pusat-pusat ini ditugaskan untuk merekrut bakat-bakat terhebat di
tingkat lokal, meneliti tren-tren teknologi lokal terbaru, dan mewujudkan
teknologi-teknologi yang menawarkan keuntungan terbesar.
5. Sponsor.
Beberapa tahun terakhir, LGE telah dikaitkan dengan sejumlah besar
olahraga Sponsor global, khususnya di Eropa.
6. Peningkatan konsumsi dari produk elektronik.
Menurut data baru dari Consumer Electronics Association (CEA) dan
Kelompok GFK, pasar elektronik konsumen akan tumbuh hampir 10
persen tahun ini, hampir $ 700 milyar di seluruh dunia, khususnya di negara-
negara berkembang cepat, seperti Brazil, Cina, dan India.

- THREATS:
1. Lingkungan bisnis yang sangat tidak pasti dan pasar yang semakin kompetitif
Jika perusahaan tetap diam, akan mudah ketinggalan jaman
2. Konsumen memiliki banyak pilihan.
3. Kompetisi intens pada pasar televisi berwarna
4. Produk harga premium tidak akan dijual dengan jumlah yang banyak, maka akan
timbul masalah harga
5. Jika LG gagal untuk sukses di pasar china dengan produk berteknologi
tingginya, hal itu akan diketahui oleh seluruh dunia. Ketika teknologi-
teknologi baru secara terus menerus diperkenalkan ke pasar, kecepatan
menjadi sangat penting agar tetap dapat bersaing dalam era digital saat
ini, dan pasar-pasar baru harus dirintis secara terus menerus
6. Krisis keuangan global

5. STRATEGI SWOT
1. Strengths Opportunities Strategies
* Investasi pada R&D
* Melakukan akuisisi untuk berkembang
* Memperkenalkan merek untuk pertumbuhan usaha dan perluasan pasar

2. Weakness Opportunities Strategies
* Pangsa pasar baru untuk meningkatkan profitabilitas
* Menaikkan margin inovasi produk untuk mengendalikan keuntungan
* Akuisisi teknologi baru untuk inovasi
* Memenuhi kebutuhan konsumen dan menjual produk berkuallitas dunia

3. Weakness Treaths Strategies
* Diferensiasi untuk menghindari komoditas pasar yang serupa
* Diversifikasi ke pangsa pasar baru
* Investasi pada merek dan program loyalitas pelanggan

4. Strengths Treaths Strategies
* Memperkenalkan merek untuk diferensiasi
* Fokus pada inovasi untuk menaikkan margin penjualan

Seperti terlihat diatas, pertumbuhan(growth), ekspansi pada pasar, investasi pada
inovasi dan riset dan strategi diferensiasi untuk strategi dimasa mendatang.
1. Pertumbuhan (growth)
Berdasar pada kekuatan kapitalisasi pasar, akses keuangan dan merek yang kuat,
LG harus secara agresif membuat pertumbuhan melalui cara yang beragam,
seperti ekspansi internasional, ekspansi regional, dan ekspansi melalui
memastikan LG dapat melewati kondisi ekonomi sebagai perusahaan yang
dominan di kelas dunia dan sebagai pemain terkuat disetiap tempat
operasionalnya.
2. Diferensiasi
Dengan alasan untuk menghindari tekanan profitabilitas dan memastikan tidak
berkompetisi pada level rendah pasar, LG harus lebih kuat pada investasi
di bidang R&D dan juga kemungkinan untuk menambah nilai atau akses untuk
mengurangi jurang teknologi melalui akuisisi. Hal ini akan membuat LG
memiliki profitabilitas lebih baik dan juga akan menambah nilai pasar pada
permintaan.
3. Fokus teknologi informasi
Untuk memastikan target pasisi dan juga produk untuk memenuhi kebutuhan
konsumen, LG harus memperluas teknoligi informasi untuk memuaskan yang
terbaik kebutuhan konsumen. Ini akan memperkuat kekuatan pada presentasi pasar
yang besar dan pelanggan tahu bagaimana untuk mencegah profitabilitas yang
rendah dan mendapat tingkat kepuasan yang tinggi.
4. Merek dan loyalitas konsumen
Untuk memerangi kompetisi dan menik mati posisi utama yang dapat memperbaiki
margins, LG harus berinvestasi pada merk dan program loyalitas pelanggan
yang membuat LG menjadi pilihan pertama ketika pelanggan ingin membeli
sesuatu.
Dan juga, loyalitas pelanggan merupakan peran penting pada kondisi ekonomi seperti
ini dan akan menolong konsumen untuk memilih LG daripada merk lainnya.


6. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
LG menjadi merek yang dikenal dan menjadi salah satu saksi mata dari
cepatnya pertumbuhan, tanpa keraguan LG memiliki sistem informasi terbaik
yang tidak hanya akan mengizinkan strategi organisasional tapi juga memilliki
fitur yang akan memberi feedback dan kemampuan laporan pada basis waktu
sebenarnya yang akan membuat LG tetap dekat dengan interval kebutuhannya
pada strategi dan target sehingga dapat memonitor dan membuat perubahan penting
ketika dibutuhkan.
Namun untuk dapat mengukur faktor strategi, pemanfaatan dari balance scorecard
direkomendasikan, yang akan mendekati prosedur strategi, keuangan dan kontrol
operasional sehingga dapat mengevaluasi peningkatan strategi.
Asset utama LG adalah karyawannya. LG dapat berinvestasi dengan
cara memberi reward pada mereka yang memiliki prestasi baik untuk memotivasi
karyawan mencapai tujuan strategi secara optimal

Sumber : http://kiekie-myblog.blogspot.com/2010/03/analisis-swot-lg-electronics.html

Wednesday, September 29, 2010

Masih Ada Limbah Aki Bekas

Masih Ada Limbah Aki Bekas

Seperti halnya warga Desa Gunung Gangsir lainnya, Mochamad Sakir tak henti-hentinya merasa jengkel. Pria berusia 60 tahun ini harus berkali-kali menancapkan papan peringatan pencemaran di tempat yang hanya berjarak 20 meter dari pabrik milik PT Indra Eramulti Logam Indonesia, perusahaan pengolah aki bekas. "Ini pun sering dicopot oleh petugas polisi dan kecamatan," katanya. Masyarakat setempat memang menuding Indra Eramulti sebagai sumber pencemaran.
Kekesalan masyarakat desa di Kecamatan Beji, Pasuruan, Jawa Timur, itu bukan satu-satunya masalah yang menghadang Indra Eramulti. Perusahaan ini juga mesti menghadapi ancaman demo para pemulung limbah yang biasa memungut sisa hasil olahan di belakang pabrik. "Jika tidak dikeluarkan, kita didemo," kata Suryadi (bukan nama sebenarnya), seorang staf produksi Indra Eramulti, sambil mengingatkan tentang demo pemulung pada awal bulan ini karena Indra Eramulti sudah tiga bulan tak mengeluarkan limbah. Padahal limbah yang jadi sumber penghidupan para pemulung itu antara lain adalah timah hitam.
Berdasarkan ketentuan Undang-Undang No. 23/1997, timah hitam (Pb) tergolong bahan beracun dan berbahaya atau B3 yang dilarang untuk diimpor. Bagi tiga perusahaan pengolah aki bekas yang ada, larangan ini mestinya efektif berlaku sejak tahun lalu. Selain Indra Eramulti, dua perusahaan lain adalah PT Non Ferindo Utama (Tangerang) dan PT Muhtomas (Cikarang). Tapi, hingga kini mereka terus melobi Kementerian Lingkungan Hidup, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, dan instansi pemerintah lainnya. "Menjengkelkan. Mereka sudah diberi lima tahun, kok malah ketergantungan," kata Menteri Lingkungan Hidup Nabiel Makarim dengan nada tinggi.
Alih-alih menyesuaikan diri, sepanjang masa antara 1997 dan 2002 ketiga perusahaan itu justru meningkatkan volume impor aki bekas tiap tahun. Dari sekitar 136 ribu ton per tahun kapasitas "produksi" mereka, 80 persen aki bekas yang mereka olah berasal dari impor. Berbagai industri kecillah yang kemudian memanfaatkan dan mengelola aki bekas dalam negeri.
Meski begitu, menurut Ahmad Safiun, Ketua Asosiasi Industri Pengecoran Logam Indonesia, bila impor dihentikan, aki bekas dalam negeri tak akan memenuhi kapasitas produksi ketiga perusahaan itu. "Break even point saja tidak tercapai, apalagi ditambah stok bahan baku semakin berkurang karena hasil olahan diperuntukkan buat ekspor. Pelan-pelan, mati dong perusahaan," katanya.
Para pengusaha mengaku mau saja mengurusi aki bekas dalam negeri. Syaratnya, seperti kata Andri Nurjaya, Manajer Keuangan PT Non Ferindo Utama, "Kalau kurang, berikan dong kuota impor." Pemerintah menolak. Para pengusaha pun mengambil jalan pemutusan hubungan kerja. "Ini baru sedikit, sambil menunggu kebijakan pemerintah," kata Andri. Tidak aneh bila akhir-akhir ini demo karyawan tiga perusahaan itu sering muncul di Kementerian Lingkungan Hidup dan Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Mereka menuntut agar perusahaan kembali diberi hak impor sehingga tak perlu ada pengurangan karyawan ataupun mematikan aktivitas perusahaan.
Melihat hal itu, Ahmad Safrudin, Ketua Environmental Task Force, lembaga swadaya masyarakat yang peduli pada pencemaran timah hitam, merkuri, dan persistent organo-pollutant, cenderung pesimistis. Menurut dia, tak ada niat pemerintah dan pengusaha melindungi lingkungan dari pencemaran limbah B3. "Kalau serius, seharusnya banyak industri yang kena sanksi dan ditutup.
Apa KLH pernah melakukan investigasi dan meneliti pencemaran timah hitam dari aki bekas?" kata mantan Ketua Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jakarta ini. Kementerian Lingkungan Hidup memang mengaku tak punya data tentang pencemaran timah hitam akibat aki bekas.
Salah satu kemungkinan sumber pencemaran adalah aktivitas peleburan aki liar di kawasan Cengkareng. Dalam pengamatan TEMPO, cara kerjanya bahkan termasuk sederhana: aki bekas yang sudah dipreteli diambil sel-sel timahnya, kemudian dimasak di kuali baja bergaris tengah semeter dengan menggunakan arang sebagai bahan bakar, dibantu blower sebagai pemancar api. Lalu, timah leburan cair dicetak berbentuk batangan, dengan variasi berat 1-5 kilogram.
Penduduk sekitar sebenarnya resah dengan keberadaan industri yang tak jelas itu. Ditambah lagi polusi asap pembakaran dan sampah bekas aki sangat mengganggu. Tapi penduduk tak berkutik, apalagi berani protes. "Banyak premannya di sini," kata seorang ibu yang menolak disebut namanya. Menanggapi ini, Ian Swargana, Kepala Bidang Pengembangan Manufaktur Prasarana dan Jasa Pengendalian Dampak Lingkungan Sumber Institusi di Kementerian Lingkungan Hidup, hanya bisa berkata, "Yang kecil-kecil memang agak sulit dideteksi dan dipantau."
Padahal industri kecil-kecil itu banyak bertebaran di Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jakarta. Sampai kini semuanya masih melenggang saja meraup keuntungan. Bayangkan, pemulung menghargai Rp 2.500 sampai Rp 3.000 untuk 1 kilogram timah dari aki bekas. Setelah diolah, timah bisa dihargai Rp 15 ribu sekilonya. Hal ini dibenarkan Rasyid, 38 tahun, salah seorang pemulung limbah Indra Eramulti. Sehari saja ia bisa mengantongi Rp 50 ribu sampai Rp 75 ribu.
Timah hitam, yang dihasilkan dari proses peleburan itu, bisa tinggal di dalam tubuh. Sifatnya juga akumulatif. Efeknya besar sekali terhadap tubuh. ''Badan saya gatal-gatal dan sesak napas,'' kata Rasyid dengan nada takut-takut, karena Indra Eramulti tak membolehkannya bercerita kepada siapa pun. Gatal-gatal dan sesak napas baru sebagian saja. Masih banyak akibat buruk lainnya (baca, Bila Terkontaminasi B3).
Masyarakat Gunung Gangsir telah berkali-kali mempermasalahkan hal itu kepada instansi terkait. Tapi hasilnya nihil. "Kami sudah kehabisan akal," kata Sakir. Kementerian Lingkungan Hidup justru memastikan tak ada masalah lingkungan pada perusahaan pengolah aki impor. Alasannya, limbah sudah dibuang ke tempat pembuangan limbah B3. "Kita selalu memantau itu," kata Nabiel Makarim.
Kenyataannya memang berbeda benar. Maka, ironi itu seperti ada di mana-mana di negeri ini: undang-undang berlaku, tapi banyak pelanggar yang tetap melenggang.

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Harian Pikiran Rakyat, 22 April 2008
Oleh Edi Suharto
TANGGUNG jawab sosial perusahaan atau CSR (corporate social responsibility) kini jadi frasa yang semakin populer dan marak diterapkan perusahaan di berbagai belahan dunia. Menguatnya terpaan prinsip good corporate governance seperti fairness, transparency, accountability, dan responsibility telah mendorong CSR semakin menyentuh “jantung hati” dunia bisnis.
Di tanah air, debut CSR semakin menguat terutama setelah dinyatakan dengan tegas dalam UU PT No. 40 Tahun 2007 yang belum lama ini disahkan DPR. Disebutkan bahwa PT yang menjalankan usaha di bidang dan/atau bersangkutan dengan sumber daya alam wajib menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan (Pasal 74 ayat 1).
Namun, UU PT tidak menyebutkan secara terperinci berapa besaran biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk CSR serta sanksi bagi yang melanggar. Pada ayat 2, 3, dan 4 hanya disebutkan bahwa CSR “dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memerhatikan kepatutan dan kewajaran.” PT yang tidak melakukan CSR dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai CSR ini baru akan diatur oleh peraturan pemerintah yang hingga kini belum dikeluarkan.
Akibatnya, standar operasional mengenai bagaimana menjalankan dan mengevaluasi kegiatan CSR masih diselimuti kabut misteri. Selain sulit diaudit, CSR juga menjadi program sosial yang “berwayuh” wajah dan mengandung banyak bias.
Banyak perusahaan yang hanya membagikan sembako atau melakukan sunatan massal setahun sekali telah merasa melakukan CSR. Tidak sedikit perusahaan yang menjalankan CSR berdasarkan copy-paste design atau sekadar “menghabiskan” anggaran. Karena aspirasi dan kebutuhan masyarakat kurang diperhatikan, beberapa program CSR di satu wilayah menjadi seragam dan seringkali tumpang tindih.
Walhasil, alih-alih memberdayakan masyarakat, CSR malah berubah menjadi Candu (menimbulkan kebergantungan pada masyarakat), Sandera (menjadi alat masyarakat memeras perusahaan), dan Racun (merusak perusahaan dan masyarakat).
Sejarah singkat
Pengertian CSR sangat beragam. Intinya, CSR adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, tetapi untuk pembangunan sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga, dan berkelanjutan. Beberapa nama lain yang memiliki kemiripan dan bahkan sering diidentikkan dengan CSR adalah corporate giving, corporate philanthropy, corporate community relations, dan community development.
Ditinjau dari motivasinya, keempat nama itu bisa dimaknai sebagai dimensi atau pendekatan CSR. Jika corporate giving bermotif amal atau charity, corporate philanthropy bermotif kemanusiaan dan corporate community relations bernapaskan tebar pesona, community development lebih bernuansa pemberdayaan.
Dalam konteks global, istilah CSR mulai digunakan sejak tahun 1970-an dan semakin populer terutama setelah kehadiran buku Cannibals with Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century Business (1998) karya John Elkington.
Mengembangkan tiga komponen penting sustainable development, yakni economic growth, environmental protection, dan social equity yang digagas the World Commission on Environment and Development (WCED) dalam Brundtland Report (1987), Elkington mengemas CSR ke dalam tiga fokus: 3P (profit, planet, dan people). Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit), tetapi memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people).
Di Indonesia, istilah CSR semakin populer digunakan sejak tahun 1990-an. Beberapa perusahaan sebenarnya telah lama melakukan CSA (corporate social activity) atau aktivitas sosial perusahaan. Walaupun tidak menamainya sebagai CSR, secara faktual aksinya mendekati konsep CSR yang merepresentasikan bentuk “peran serta” dan “kepedulian” perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan.
Melalui konsep investasi sosial perusahaan seat belt, sejak tahun 2003 Departemen Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang aktif dalam mengembangkan konsep CSR dan melakukan advokasi kepada berbagai perusahaan nasional. Kepedulian sosial perusahaan terutama didasari alasan bahwasannya kegiatan perusahaan membawa dampak (baik maupun buruk) bagi kondisi lingkungan dan sosial-ekonomi masyarakat, khususnya di sekitar perusahaan beroperasi.
Selain itu, pemilik perusahaan sejatinya bukan hanya shareholders atau para pemegang saham, melainkan pula stakeholders, yakni pihak-pihak yang berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan. Stakeholders dapat mencakup karyawan dan keluarganya, pelanggan, pemasok, masyarakat sekitar perusahaan, lembaga-lembaga swadaya masyarakat, media massa, dan pemerintah selaku regulator. Jenis dan prioritas stakeholders relatif berbeda antara satu perusahaan dan lainnya, bergantung pada core bisnis perusahaan yang bersangkutan (Supomo, 2004).
Sebagai contoh, PT Aneka Tambang, Tbk. dan Rio Tinto menempatkan masyarakat dan lingkungan sekitar sebagai stakeholders dalam skala prioritasnya. Sementara itu, stakeholders dalam skala prioritas bagi produk konsumen seperti Unilever atau Procter & Gamble adalah para customer-nya.
Bias-bias CSR
Berdasarkan pengamatan terhadap praktik CSR selama ini, tidak semua perusahaan mampu menjalankan CSR sesuai filosofi dan konsep CSR yang sejati. Tidak sedikit perusahaan yang terjebak oleh bias-bias CSR berikut ini.
Pertama, kamuflase. CSR yang dilakukan perusahaan tidak didasari oleh komitmen genuine, tetapi hanya untuk menutupi praktik bisnis yang memunculkan ethical questions. Bagi perusahaan seperti ini, CD bukan kepanjangan dari community development, melainkan “celana dalam” yang berfungsi menutupi “aurat” perusahaan. McDonald`s Corporation di AS dan pabrik sepatu Nike di Asia dan Afrika pernah tersandung kasus yang berkaitan dengan unnecessary cruelty to animals dan mempekerjakan anak di bawah umur.
Kedua, generik. Program CSR terlalu umum dan kurang fokus karena dikembangkan berdasarkan template atau program CSR yang telah dilakukan pihak lain. Perusahaan yang impulsif dan pelit biasanya malas melakukan inovasi dan cenderung melakukan copy-paste (kadang dengan sedikit modifikasi) terhadap model CSR yang dianggap mudah dan menguntungkan perusahaan.
Ketiga, directive. Kebijakan dan program CSR dirumuskan secara top-down dan hanya berdasarkan misi dan kepentingan perusahaan (shareholders) semata. Program CSR tidak partisipatif sesuai prinsip stakeholders engagement yang benar.
Keempat, lip service. CSR tidak menjadi bagian dari strategi dan kebijakan perusahaan. Biasanya, program CSR tidak didahului oleh needs assessment dan hanya diberikan berdasarkan belas kasihan (karitatif). Laporan tahunan CSR yang dibuat Enron dan British American Tobacco (BAT), misalnya, pernah menjadi sasaran kritik sebagai hanya lip service belaka.
Kelima, kiss and run. Program CSR bersifat ad hoc dan tidak berkelanjutan. Masyarakat diberi “ciuman” berupa barang, pelayanan atau pelatihan, lantas ditinggalkan begitu saja. Program yang dikembangkan umumnya bersifat myopic, berjangka pendek, dan tidak memerhatikan makna pemberdayaan dan investasi sosial. CSR sekadar “menanam jagung”, bukan “menanam jati”.
CSR yang baik
CSR yang baik (good CSR) memadukan empat prinsip good corporate governance, yakni fairness, transparency, accountability, dan responsibility, secara harmonis. Ada perbedaan mendasar di antara keempat prinsip tersebut (Supomo, 2004). Tiga prinsip pertama cenderung bersifat shareholders-driven karena lebih memerhatikan kepentingan pemegang saham perusahaan.
Sebagai contoh, fairness bisa berupa perlakuan yang adil terhadap pemegang saham minoritas; transparency menunjuk pada penyajian laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu; sedangkan accountability diwujudkan dalam bentuk fungsi dan kewenangan RUPS, komisaris, dan direksi yang harus dipertanggung jawabkan.
Sementara itu, prinsip responsibility lebih mencerminkan stakeholders-driven karena lebih mengutamakan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan. Stakeholders perusahaan bisa mencakup karyawan beserta keluarganya, pelanggan, pemasok, komunitas setempat, dan masyarakat luas, termasuk pemerintah selaku regulator. Di sini, perusahaan bukan saja dituntut mampu menciptakan nilai tambah (value added) produk dan jasa bagi stakeholders perusahaan, melainkan pula harus sanggup memelihara kesinambungan nilai tambah yang diciptakannya itu (Supomo, 2004).
Namun demikian, prinsip good corporate governance jangan diartikan secara sempit. Artinya, tidak sekadar mengedepankan kredo beneficience (do good principle), melainkan pula nonmaleficience (do no-harm principle) (Nugroho, 2006).
Perusahaan yang hanya mengedepankan benificience cenderung merasa telah melakukan CSR dengan baik. Misalnya, karena telah memberikan beasiswa atau sunatan massal gratis. Padahal, tanpa sadar dan pada saat yang sama, perusahaan tersebut telah membuat masyarakat semakin bodoh dan berperilaku konsumtif, umpamanya, dengan iklan dan produknya yang melanggar nonmaleficience.***
Penulis, analis kebijakan sosial dan konsultan CSR, Pembantu Ketua I Bidang Akademik STKS Bandung.

8 Responses to “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan”

  1. Retno W Says:
    Terimakasih informasi tentang CSR, bila dimungkinkan apakan saya bisa mendapatkan lain mengenai seputar CSR sebagai bahan referensi saya dalam membuat tulisan, sekalilagi makasih banget sebelumnya, salam
    [reply this comment]
  2. agung Says:
    saya tertarik untuk mendalami tentang CSR, saya sampai skg belum menemukan PPnya, apakah saya bisa mendapatkannya dan buku2 apa saja yang menjadi referensi tentang CSR. terima kasih
    agung_yadnya@yahoo.com
    [reply this comment]
  3. Santy Says:
    Saya belum memahami mengenai perusahaan yang memilik stakeholder, tanggung jawab apa saja pada stakeholder, biaya apa yang harus dilakukan dan pemesana apa yang harus dilakukan secara kontiniutas, mohon bantuannya ya!!
    [reply this comment]
  4. asmar Says:
    ASS…
    saya sekarang melakukan penelitian mengenai pelaporan CSR dan membutuhkan data mengenai standar penilaian laporan CSR perusahaan yang diatur. mohon bantuannya.
    terima kasih sebelumnya…
    [reply this comment]
  5. iyan Says:
    menarik juga yah CSR, tapi apakah csr dalam suatau kegiatan perusahaan ikut dalam tahapan kegiatan tersebut atau terpisah namun masih dalam satu kesatuan. contohnya gini misal tahapan dalam kegiatan itu ada pra, operasi, psca makasih kalau ada referensi yang bagus boleh dung ikutan nimbrung
    [reply this comment]
  6. ecy Says:
    saya tertarik tentang CSR ini. saya ingin tahu rancangan PP yang mengatur hal ini.timakasih
    [reply this comment]
  7. Seminar Masalah Kesejahteraan Sosial Dalam pembangunan « Paskalispaskah's Blog Says:
    [...] Edi : 2008 : Tanggung Jawab Sosial Perusahaan : Harian Pikiran Rakyat Edisi 22 April [...]
  8. jaeni Says:
    Walaupun sebenarnya secara teknis CSR di serahkan kepada perusahaan untuk melaksanakannya. Mungkin pemerintah jangan hanya membuat regulasi tentang csr tetapi harus mendorong dan mengevaluasi agar csr yang diberikan tepat guna dan tepat hasil jika tidak kebijakan perusahaan tidak berbuah kebajikan bagi masyarakat